Kemarin, kita sudah membahas beberapa perlengkapan yang sering diabaikan oleh pendaki pemula, dalam artikel berjudul ‘Perlengkapan-Perlengkapan yang Sering Dilupakan Oleh Para Pendaki Pemula – Bagian I’, dan sekarang saatnya kita tiba ke bagian yang kedua.
Buat yang kemarin enggak mengikuti artikel sebelumnya, artikel ini penting. Sebetulnya, dikhususkan bagi pendaki pemula, tapi kalau pendaki senior mau baca, enggak ada salahnya juga. Siapa tahu, ada barang yang kelewatan tiap kali mau mendaki. Apa saja barang-barang tersebut? Ini dia:
Kaos kaki
Sebelum mendaki, sebaiknya jangan lupa untuk membawa kaus kaki rangkap: kaus kaki berbahan katun atau semacam sutera, dan kaus kaki berbahan wool. Lalu kaus kaki berbahan katun atau semacam sutera dipakai terlebih dahulu, baru kemudian kaus kaki berbahan wool yang dipakai. Bukan apa-apa. Ini lebih karena angin-angin bisa menelusup melalui lubang-lubang pada kaus kaki berbahan wool, dan fungsi dari kaus kaki berbahan katun atau semacam sutera adalah sebagai penghalau. Pun, dalam beberapa kondisi, ini juga bisa menahan air untuk benar-benar masuk menembus kaki.
Oh ya, sebaiknya, jangan hanya membawa satu. Bawalah rangkap. Dua, lah, paling enggak. Jadi kalau terjadi sesuatu pada kaus kaki yang dibawa, seperti basah karena hujan, misalnya, jadi bisa buat ganti. Pasti enggak enak, kan, mendaki gunung dalam keadaan mengenakan kaus kaki basah? Pasti rasanya hampir sama dengan mendaki mengenakan celana dalam basah.
Sarung tangan
Selain kaus kaki, sarung tangan juga merupakan salah satu bawaan penting yang jangan sampai dilewatkan. Untuk ini, sebaiknya kamu membawa dua jenis sarung tangan: sarung tangan tebal dan sarung tangan berbahan kain lembut. Sarung tangan tebal fungsinya untuk melindungi tangan dari goresan, gesekan atau gigitan binatang-binatang kecil di tangan saat melewati trek berbatu di gunung, khususnya di hutan-hutan lebat atau semak belukar yang rimbun. Sedangkan sarung tangan berbahan kain lembut, bisa dipakai saat tidur. Karena sarung tangan berbahan kain lembut bisa memberi kehangatan. Bukankah jari-jari tangan merupakan salah satu bagian tubuh yang sensitif terhadap hawa dingin?
Tali pipih atau webbing
Pendaki pemula seringkali melupakan hal ini. Padahal ketika praktik di lapangan, barang yang satu ini sangatlah diperlukan. Dengan tali ini, kamu bisa menggunakannya untuk memancang tenda ke pohon jika tanah terlalu keras untuk dipasangi pasak. Benda pipih panjang ini juga dibutuhkan untuk membuat dragbar saat keadaan darurat, misalnya ada yang kakinya patah akibat terjatuh dan tidak bisa berjalan. Selain itu, tali pipih ini juga sangat berfungsi untuk membuat bivak dan memasang hammock. Dalam situasi tertentu, tali pipih atau webbing bisa dipakai sebagai alat bantu lining agar tim tidak terpisah satu sama lain. Jadi, besok-besok lagi, jangan sampai lupa dibawa, ya!
Selotip
Kata siapa kalau fungsi selotip hanya untuk membungkus paket barang? Jangan salah! Selotip juga bisa untuk menambal tenda yang bocor atau menyambung frame yang patah untuk sementara waktu. Sementara waktu, loh, ya. Yah, setidaknya, bisa, lah, bertahan sampai kamu selesai mendaki. Jadi, bawalah selotip berukuran 4 cm saat mendaki nanti, karena kamu pasti bakal butuh banget.
P3K
Saat mendaki, sebagian orang hanya membawa obat angin atau plester saja. Padahal kita tidak pernah tahu kapan kita sakit dan sakit apa yang kita derita loh. Lebih parahnya lagi, malah ada yang sampai enggak bawa obat sama sekali selama perjalanan. Yah, enggak apa-apa sih, namanya juga masih pemula. Cuma ya gitu, kalau ada apa-apa, bisa berabe di jalan.
Lebih enak sih kalau pertama-tama memahami dulu penyakit apa yang kamu atau teman-teman kamu idap. Kalau ternyata memiliki sakit maag, berarti harus selalu sedia obat maag dong. Kalau sakit hati, cobalah bawa mantan. Siapa tahu sembuh! Oh ya, agar lebih aman, bawalah P3K Kit saat pendakian. Tapi ya jangan cuma P3K Kit aja, namun lengkap dengan obatnya juga.
Kompas
Iya sih,sekarang ada aplikasi semacam kompas gitu di smartphone. Tapi seperti bahasan kita soal maps di artikel ‘Perlengkapan-Perlengkapan yang Sering Dilupakan Oleh Para Pendaki Pemula – Bagian I’ kemarin, tentu kita akan sepakat kalau sebaiknya tetap membawa kompas dalam bentuk fisik. Kompas yang sesungguh-sungguhnya kompas. Ia tak perlu menggunakan baterai, sehingga kalau ada apa-apa pada smartphone yang selalu kamu andalkan sebagai juru solusi itu, kamu bisa memanfaatkan kompas yang kamu bawa tersebut.
Oh ya, penting untuk kamu ketahui bahwa terdapat 3 jenis kompas:
a. Kompas bidik atau tembak. Ia berfungsi untuk mempermudah serta menghitung sudut sasaran bidik suatu tempat ataupun benda secara langsung. Cara menggunakannya yaitu dengan cara membidik langsung kompas terhadap sasaran dan sekaligus membaca sudut sasaran skala kompas. Besar sudut yang dihasilkan oleh arah bidikan serta arah jarum ke arah utara, itulah sudut sasarannya.
b. Kompas silva atau kompas orienteering. Ia berfungsi untuk memudahkan penghitungan serta pembacaan terhadap peta secara langsung. Pembungkus ataupun badan kompas jenis ini selalu dibuat transparan supaya memudahkan pembacaan terhadap peta yang ditaruh dibawahnya.
c. Kompas biasa. Ia adalah kompas dasar yang berguna sebagai penunjuk arah yang berlandaskan pada prinsip gaya magnet. Ukuran pada kompas biasa ini pada umumnya berukuran lebih kecil dari kompas silva serta kompas bidik.
Jadi, mau pilih membawa kompas yang mana saat mendaki?
Tapi kalau kompas yang mau dibawa hanya difungsikan sebagai penunjuk arah, maka lebih baik membawa kompas biasa saja. Karena kompas biasa lebih praktis untuk digunakan.
Kanebo
Sebetulnya bisa sih, membawa lap. Tapi di sini, kami menyarankan untuk membawa kanebo saja.
Kebanyakan pendaki menggunakan kanebo untuk mengelap tubuh yang basah sehabis mandi. Eh, yang enggak kebanyakan, sih. Tapi, ya, ada, lah. Kamu yang baca ini sambil senyam-senyum pasti pernah melakukan. Padahal, fungsi terpenting dari kanebo saat dibawa mendaki, sebenarnya adalah untuk menyerap air di dalam tenda ketika tenda bocor. Kalau pakai kanebo, air bisa tertahan. Tapi kalau pakai lap, wah, bisa tembus dan menetes secara berkala nanti.
Ada baiknya, tulisan yang tercantum, baik pada artikel ini maupun artikel bagian pertama, segera dicatat. Karena bisa jadi, esok hari lupa. Atau bisa juga kalau mau di bookmark. Di print juga enggak apa-apa. Suka-suka, lah. Yang jelas, kelau kelak mendaki, jangan sampai kelupaan.
Oh ya, selain barang-barang yang sudah dijabarkan pada dua artikel ini, kamu ada saran barang lain enggak? Siapa tahu kelewatan. Sarankan dengan menulis di kolom komentar, ya!